Postingan

PULAU KALIMANTAN

Gambar
Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di bagian selatan oleh Laut Jawa. Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006) Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan.             Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.  

Perhitungan Basis Data Pada Batubara

Gambar
Komponen Batubara dan Basis Data sumber: Wahyu Probo Ananto Laboratorium Sedimentologi-Stratigrafi dan Sumberdaya Energi Institut Teknologi Bandung probo@gc.itb.ac.id / probo@gl.itb.ac.id / probo.gea07081@gmail.com 081320023085 Faktor Konversi Basis Data Contoh Kasus dalam Basis Data Menghitung Basis Data (1) 1. Sampel BB dari lapangan 10 kg, sesampai di laboratorium diangin-anginkan dan ditimbang sampai beratnya stabil di angka 8,5 kg. • Berat di lapangan = 10 kg  • Berat di laboratorium = 8,5 kg • Selisih berat = 10 - 8,5 kg = 1,5 kg Sampel diangin-anginkan untuk menghilangkan surface moisture (SM); dan harus diingat bahwa SM hanya menempel pada permukaan BB, tidak terikat secara kimia sehingga tidak masuk ke komponen penyusun BB yang jika dijumlahkan harus 100% a.d.  SM = ( 10 - 8,5)/10 × 100% … (a)  SM = 15% a. r. lihat slide no. 2 -> komponen surface moisture masih dihitung; dan pada persamaan (a) pembagi adalah berat BB dari lap

KESTABILAN LERENG

Gambar
Kestabilan Lereng Lereng merupakan suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal dan tidak terlindungi (Das, 1985 dalam http://e-journal.uajy.ac.id/62/3/2TS11926.pdf). Lereng secara umum terbagi menjadi dua jenis lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah dan umumnya berada di daerah perbukitan, sedangkan lereng buatan merupakan lereng buatan manusia yang digunakan untuk keperluan tertentu, seperti tanggul sungai, bendungan tanah, dan sebagainya. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang berguna sebagai gaya penahan. Apabila gaya penahan ini lebih kecil dari gaya pendorong yang diterima lereng, maka akan timbul keruntuhan lereng atau longsoran. Longsoran atau landslide adalah luncuran atau gelinciran ( sliding ) atau jatuhan ( falling ) dari massa batuan/tanah atau campuran keduangan (Sharpe, 1938 dalam http://e-journal.uajy.ac.id/62/3/2TS11926.pdf

SCHMIDT HAMMER TEST

Gambar
Tujuan : —   Untuk mengetahui kualitas kekuatan ( hardness ) —   Untuk memberikan indikator kekuatan ( strength ) —   Pada struktur yang telah ada, dapat digunakan untuk melakukan pendugaan keseragaman dari material batuan Prosedur kerja: —   Mempersiapkan sampel yang akan diukur sejumlah 5 sampel batuan dengan bentuk reguler. Pastikan terdapat permukaan yang halus pada masing-masing sampel batuan minimal seluas lingkaran ujung alat ukur. —   Lakukan test dengan schmidth hammer untuk setiap sampel masing-masing sebanyak 20 kali. Dalam Schmidt Hammer Test , dilakukan percobaan menggunakan Palu Schmidt . Adapun bahan material yang digunkaan adalah dinding beton yang diasumsikan memiliki berat jenis 26 kN/m 3 . Setelah dilakukan 20 kali percobaan dicari nilai rata-rata dan didapatkan hasil pembacaan rata-rata pada padlu Schmidt 53.6. SCHMIDT HAMMER N   32 61 41 61 50

INFILTRASI

Gambar
Infiltasi merupakan gerakan air dari permukaan tanah yang tidak kedap air masuk kedalam tanah karena adanya gravitasi dan gaya kapiler tanah (Seyhan, 1990).   Pengukuran infiltrasi adalah salah satu cara pendekatan untuk mengetahui besaran laju infiltrasi akhir atau kapasitas peresapan yang dilakukan secara langsung di lapangan. Infiltrasi ini sangat bergantung pada struktur dan tekstur tanah maupun batuan, distribusi rongga, dan suplai air yang cukup. Besarnya laju infiltrasi ini berguna untuk menafsirkan zona resapan dan berhubungan dengan kapasitas air bawah permukaan.  Faktor tanah pelapukan suatu litologi dan morfologi yang erat kaitannya dengan kemiringan lereng menjadi fokus utama. Tanah pelapukan suatu litologi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu pasiran, lempungan, dan lanauan, faktor seperti keseragaman butir, porositas, dan permeabilitas tanah pelapukan sangat penting dalam menghasilkan nilai laju infiltrasi. 10 cm   P